Para Mantan Napi Indonesia yang Sukses 2016

Kumpulan Kisah Sukses Para Mantan Napi Indonesia 2016

Orangterkaya-id.blogspot.com - Berikut admin akan berbagai artikel buat menambah motivasi sukses anda. Banyak yang memandang sebelah mata jika seseorang pernah menjadi tahanan dari suatu Lembaga Permasyarakatan (Lapas). Padahal, mantan narapidana (napi) juga memiliki satu sisi positif yang ada di dalam dirinya.


Berikut beberapa cerita mantan napi yang kini sukses, mulai dari jadi artis, pengusaha sampai ustad kondang. kisah mantan narapidana yang bertobat dan menjadikan hidup mereka lebih berguna. Memang lapangan pekerjaan untuk para mantan narapidana sangat terbatas. Label “mantan napi” yang melekat di diri mereka secara tidak langsung menjadi penghalang saat mencari pekerjaan. Namun mereka membuktikan bahwa mantan napi bisa sukses. Apa yang mereka lakukan?

1. Angki Purbandono, Mantan Napi ini Sukses Gelar Pameran Fotografi di Korsel
Angki Purbandono, Mantan Napi ini Sukses Gelar Pameran Fotografi di Korsel
Angki Purbandono ada di daftar pertama potret positif mantan narapidana yang sukses berkarir di dunia fotografi dengan mengadakan pameran di Korea Selatan.

Negara di Eropa, Amerika Serikat, Jepang telah dirambahnya, dan kini menyusul Negeri pada 15 Mei hingga 29 Mei 2015. Pameran-pameran yang diselenggarakan itu berawal dari gerakan saat dia masih berada di balik jeruji besi. 

"Eropa, Amerika, Jepang. Terakhir, pameran hasil karya narapidana. Karya dari semua yang dipenjara dipamerkan di Korea Selatan tanggal 15 sampai 29 Mei ini," ujarnya usai peluncuran buku Voicing The Voiceless di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Meski masa tahanannya hanya satu tahun, Angki mengaku kehidupannya setelah keluar dari penjara adalah titik baru kehidupannya. Dengan capaian tersebut, dia merasa menjadi satu di antara mantan warga binaan yang beruntung karena berkesempatan mengembangkan potensi diri.

"Saya merasa beruntung mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri dan menjadi seperti sekarang," katanya.

Sebagai saksi hidup pembinaan di lapas, dia pun berinisiatif menularkan semangat berkarya kepada rekannya yang menjalani masa hukuman. Melalui cara ini, warga binaan, tuturnya, akan menjadi manusia utuh yang dibekali semangat dan potensi diri untuk dapat diterima di masyarakat.

"Saya ingin berbagi dengan teman-teman. Caranya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dengan mengajak seniman-seniman," katanya.


2. Kisah Mongol Stres, Mantan Napi Yang Sukses Menjadi Komika Termahal
Kisah Mongol Stres, Mantan Napi Yang Sukses Menjadi Komika Termahal
Mungkin sebagian dari Anda tidak asing lagi dengan sosok yang satu ini, terutama bagi para penggemar stand up comedy. Gaya berbicaranya yang ceplas-ceplos dan lucu ketika diatas panggung stand up comedy membuat nama Mongol Stres mulai dikenal oleh banyak masyarakat. Ya, pria asal Manado ini kini telah sukses menjadi komika dengan bayaran yang fantastis yaitu kisaran puluhan juta sekali manggung per 15 menit. Bahkan dalam beberapa wawancara, Mongol Stres pernah berbicara blak-blak soal honor yang Ia dapat.

"Kalau di Jakarta, per 15 menit saya dibayar Rp 25 juta. Kalau untuk luar kota per 15 menitnya Rp 45 juta rupiah," ucap Mongol Stres

Keberhasilan Mongol stres ini tentu saja tidak didapat dengan mudah karena sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang ini ternyata banyak cerita pahit yang telah dilalui oleh pria yang bernama asli Roni Immanuel. Mulai dari menjadi pramusaji di restoran Padang, tukang jual koran, menjadi asisten artis hingga masuk bui pun pernah Ia alami.

Mongol ingat betul mengapa Ia bisa masuk bui dan mungkin ini merupakan menjadi pelajaran yang berharga bagi dirinya. Ia bercerita bahwa pada saat itu sedang berada di lokasi syuting dan kemudian bertemu dengan sekelompok orang yang sedang bermain kartu. Nah, dirinya diminta ikut bermain dan menggantikan posisi orang lain yang berhenti bermain tetapi baru saja duduk dan bermain kartu ternyata udah ada polisi dan akhirnya Ia ditangkap dan dipenjara.

Namun Mongol Stres hanya 2 bulan dipenjara dan kemudian Ia kembali pada bos nya yang pada saat itu adalah Dirly Idol. Sayangnya, bukannya diterima bekerja kembali tetapi Mongol justru di pecat oleh Dirly.

Tidak hanya itu, Mongol juga pernah mendirikan Creative Manajemen bersama temannya tetapi lagi-lagi karena alasan perbedaan prinsip maka Ia pun keluar dari manajemen tersebut. Nah, karena telah malang melintang di Jakarata dari tahun 1998 dan berbagai macam profesi telah Ia jalani. Akhirnya kini mongol stres bisa menjadi komika sukses  dan tetap eksis hingga sekarang, bahkan honornya sekali manggung pun sangatlah mahal.

Sejak menekuni dan sukses di dunia stand up comedy, Mongol kini mempunyai aset hingga miliaran rupiah. Tak seperti para artis lainnya yang suka hura-hura, mongol justru benar-benar memanfaatkan penghasilannya untuk investasi. Sehingga tak heran apabila kini Ia mampu membeli 28 mobil dimana 26 diantaranya disewakan dan membeli tujuh unit apartemen dibeberapa lokasi di Jakarta.

Mongol membeli semua itu tentunya tujuannya untuk investasi karena Ia sadar, tidak akan selamanya tetap bisa eksis di dunia stand up comedy. 

3. Wulan Murad, Narapidana Wanita yang Sukses Menulis Buku
Wulan Murad, Narapidana Wanita yang Sukses Menulis Buku
Terjerat kasus hukum dan ditahan di lembaga pemasyarakatan atau lapas tidak membuat Wulan Murad berhenti berkarya. Bahkan dengan keterbatasan yang dimilikinya, ia bisa menghasilkan satu buku yang bisa memberikan inspirasi.

Berbekal pengalamanannya menginap di hotel prodeo, Wulan menulis buku berisi kisah dirinya dan rekan-rekannya selama menjalani masa tahanan.

“Isinya ada true story dan fiksi, isinya bagus. Kumpulan cerpen banyak kisah nyata dan pengalaman di sini,” kata Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan (Kasi Binadik) Lapas Wanita Sukamiskin Bandung, Inna Imaniati.

Menurut Inna, Wulan menunjukkan bakatnya setelah juara dalam lomba cerpen antar-warga binaan se-Indonesia pada 2013 silam. Setelah itu, pihak lapas memberikan fasilitas dan dukungan sehingga buku Suara Napi’ bisa terealisasikan.

“Pengerjaannya selama 3 bulan. Hanya mulai mencari bahan dan lain-lain sejak 2013 dan saat mulai menjadi warga binaan,” imbuh dia.

Ia menambahkan, kendala tidak hanya fasilitas Lapas yang tidak memadai saat dilakukan pengerjaan buku ini, tapi masalah dana untuk mencetak saat buku telah selesai dikerjakan.

“Wulan suka di tempat saya (ruangan) bikin buku karena nggak ada fasilitasnya. Saya sebagai pembina memberikan kesempatan seluas-luasnya. Untuk cetak alhamdulillah 1000 eksemplar,” jelas dia.

Inna berharap setelah diluncurkan buku ini bisa mengurangi stigma negatif masyarakat kepada narapidana dan mantan narapidana.

4. Anton Medan : Mantan Rampok dan Bandar Judi Jadi Da'i
Anton Medan : Mantan Rampok dan Bandar Judi Jadi Da'i
Anton Medan atau yang bernama asli Tan Hok Liang. Ia lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 1 Oktober 1957. Di usia 8 tahun Anton harus berhenti sekolah karena permintaan ibunya untuk membantu berjualan kue keliling. Anton hanya selesai mengenyam bangku Sekolah Rakyat (sekarang SD) selama 7 bulan dan belum bisa membaca dan menulis.

Saat berusia 12 tahun, Anton (panggilan kecilnya Koh Liem) menjadi anak terminal di Tebing Tinggi. Ia menjual jasa untuk mencarikan penumpang bagi sopir. Koh Liem dikenal sebagai pekerja yang rajin. Banyak sopir bus terminal yang senang dan kerap memanggilnya Cintong (Cina Tongkol).

Meskipun demikian, tak semua sopir menghargai kerja kerasnya. Hingga suatu ketika ada seorang sopir yang tidak memberikannya upah. Anton pun protes karena Anton harus pulang dengan membawa uang untuk menghidupai ibu dan adiknya. Akan tetapi sopir tersebut malah marah kepadanya. Tak tahan dengan hal tersebut, maka terjadilah perang mulut. Akibat tersulut emosi, Anton pun mengambil sebuah balok kayu dan menghantamkan balok kayu tersebut ke kepala sopir terminal tersebut sekuat tenaganya. Sopir polisi itu pun tersungkur berceceran darah dengan kondisi luka di kepala. Melihat hal tersebut Anton pun melarikan diri, namun masyarakat mengejarnya dan polisi berhasil menangkapnya. Anton pun sempat menjadi tahanan kepolisian, namun karena usianya yang masih belia, ia pun dibebaskan bersyarat.

Pada tahun 1970, Anton merantau ke terminal Amplas Medan. Usianya baru menginjak 13 tahun. Di Medan ia bekerja sebagai pencuci bus, seperti halnya di terminal Tebing Tinggi, ia dikenal sebagai pekerja yang rajin. Dalam satu hari ia bisa membersihkan 3-5 badan bus yang kotor dan berdebu. Seolah tak putus dirundung masalah, di terminal Amplas ini pun uangnya dicuri. Menyadari hal tersebut Anton pun menyelidikinya. Setelah menemukan siapa pencurinya ia pun menegur pencuri tersebut dengan berani. Akan tetapi pencuri tersebut malah marah kepada dirinya dan memukul dirinya. Tak terima dengan perbuatan pencuri tersebut, Anton pun membalasnya.

Orang-orang yang melihatnya berkelahi kemudian melerainya. Pencuri tersebut kembali menuduh dirinya. Di saat merasa tersudut, akhirnya Anton melihat sebilah kapak bergerigi yang biasa digunakan untuk membilah es batu yang tergeletak tak jauh darinya. Secepatnya Anton mengambil kapak itu dan menghujamkannya ke wajah lawannya. Seketika itu juga lawannya roboh. Beberapa saat kemudian Anton ditangkap oleh polisi dan mendapatkan hukuman penjara selama 4 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Tiang Listrik, Medan.

Di dalam LP, Anton belajar membaca dan menulis. Kemungkinan memiliki intelegensi yang baik, dalam waktu satu minggu ia pun sudah bisa membaca koran. Di dalam LP, Anton juga mencari Tuhan. Tidak yakin dengan agama pertama yang dianutnya yaitu nasrani, akhirnya ia pun berkali-kali pindah agama dan akhirnya ia memeluk islam untuk selamanya. Saat memeluk islam ia menemukan kenyamanan batin yang tidak ditemukan pada agama lain. Meskipun di dalam LP Anton banyak belajar tentang agama islam,  akan tetapi tampaknya Anton belum benar-benar bertaubat.

Setelah 4 tahun menjalani hukuman di penjara, pada usia 17 tahun Anton pun bebas. Kebebasannya tersebut membuat dirinya merasa gembira dan segera ingin pulang melepas rindu kepada keluarga. Tapi sayang, sesampainya di rumah ibu hanya memberikan waktu 2 jam untuk melepas rindu. Ibu merasa malu kepada tetangga dan meminta agar Anton tidak kembali lagi. Anton merasa sedih karena dirinya ditolak oleh sang ibunda. Niatnya ingin merubah diri di jalan yang baik, namun ibunda menolak kehadirannya untuk tinggal bersama-sama lagi. Akhirnya dengan berat hati, Anton pun melangkah pergi.

Di tengah kegalauannya, Anton teringat pamannya yang berada di Jakarta. Dengan modal nekat hanya membawa uang seribu rupiah akhirnya Anton pun ke Jakarta dan meminta bantuan paman untuk mencari pekerjaan yang layak. Akan tetapi, setibanya di Jakarta, harapan yang ia pupuk selama ini hancur berantakan. Kurang lebih setelah 7 bulan luntang-luntung mencari rumah paman, ternyata paman tidak mengakuinya sebagai keponakan. Begitu pula adiknya juga tidak mengakui dirinya sebagai kakak karena merasa malu. Ia merasa sangat kecewa untuk yang kedua kalinya.

Di tengah kekecewaannya yang mendalam, Anton melakukan apapun untuk dapat bertahan hidup di Jakarta. Hingga akhirnya Anton bertemu dengan kenalannya di simpang jalan yang bepenampilan perlente. Orang tersebut ternyata baru saja menjambret. Merasa tidak memiliki teman dan pekerjaan, setelah mendengar cerita orang tersebut, akhirnya Anton pun tergiur. Akhirnya ia menjual celana kesayangannya demi sebuah pisau. Dengan pisau tersebut ia mulai menjambret dan berhasil.

Mulai saat itu, kehidupan Anton pun berubah. Ia sudah memilih kejahatan sebagai profesinya. Senjatanya tak sekedar pisau, melainkan juga pistol. Ia terkenal sebagai penjahat kelas kakap dan paling di cari di Jakarta dengan nama Anton Medan. Perjalanan Anton Medan tak sekedar menjadi penjahat professional. Anton pun merambah usaha lainnya yaitu menjual obat-obatan terlarang. Merasa jenuh dengan usaha tersebut, Anton pun mulai merambahi dunia perjudian. Ia menjadi Bandar judi setelah meruntuhkan kekuasaan Bandar judi besar bernama Hong Lie. Sebagai bandar judi, pendapatannya satu malam mencapai puluhan juta. Ia menikmati gaya hidup mewah. Tetapi ironisnya uang hasil judinya tersebut juga mudah habis. Akhirnya ia mengalami kebangkrutan dan membuatnya merasa frustrasi. Ia kalah bahkan hingga milyaran rupiah.

Dalam kebangkrutan itu, ia menemukan hikmah yang sangat mendasar. Ia bertemu dengan bekas sopir pribadinya dulu. Sopir pribadinya tersebut mengantarkan Anton Medan untuk ke Yayasan Haji Karim Oei yaitu ke ustadz Yunus Yahya. Namun pertaubatannya ditolak karena dia adalah bekas narapidana dan penjahat kejam dan dianggap bahwa dirinya tidak akan bisa berubah.

Setelah itu Anton medan mengikuti pengajian yang diadakan oleh KH. Zainudin MZ pada tahun 1992 saat Nuzulul Qur’an. Setelah pengajian tersebut, Anton Medan pun menemuinya dan belajar banyak tentang Islam. Zainudin MZ pula yang membimbing Anton untuk melakukan pertaubatan dan mengucapkan kalimat syahadat setelah ia mengalami penolakan sebanyak 3 kali saat akan memeluk agama islam dengan sungguh-sungguh. Anton Medan banyak mendapatkan ilmu islam lagi dan ia pun merubah namanya menjadi Muhammad Ramdhan Effendi. Setelah 3 hari mualaf, Anton medan pun melakukan umrah bareng bersama KH. Zainudin MZ, Nur Iskandar, dan Habib Idrus Zamalul Lail. Sejak saat itulah ia mendalami islam secara sungguh-sungguh. Ia banyak di undang untuk memberikan pencerahan kepada para narapidana sehingga di kemudian hari dikenal sebagai da’i. Ia melakukan dakwah sejak tahun 1994 dari penjara ke penjara. Kehidupannya dipenuhi dengan ketenangan baru. Ia pun banyak berdakwah di ratusan lembaga pemasyarakatan.

Salah satu penuturannya adalah “tak seorang pun bisa mengetahui nasib yang akan terjadi kelak kecuali menjadi lebih baik, agar kelak bisa menyongsong masa depan yang lebih baik. Intinya memacu diri dengan belajar dan mau berbuat serta doa dengan ikhlas. Selain itu dia juga mengatakan bahwa “Masih ada harapan itu, asal kita mau berusaha. Ingat Tuhan tidak pernah menutup pintu bagi hamba-Nya yang mau berbuat dan memperbaiki diri. Tuhan selalu memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang bartaubat.”

Anton Medan juga mengajak para napi untuk menjauhi judi, sebab judi merupakan salah satu penyakit masyarakat yang membuat ekonomi keluarga menjadi hancur. Karena judi orang menjadi nekad untuk merampok, membunuh dan menjadikan keluarga berantakan. Baginya tidak ada orang kayak arena judi dan tidak ada bandar judi yang tidak rugi. Begitu pula dengan narkoba yang dapat sangat merusak masa depan generasi penerus bangsa. Maka bertaubatlah selagi belum terlambat.


5. Jumaro, Mantan Napi yang Jadi Pengusaha Sukses 
Jumaro, Mantan Napi yang Jadi Pengusaha Sukses

Melihat kesuksesan Jumaro sekarang, mungkin tidak ada yang menyangka jika pengusaha sukses ini dulu merupakan mantan narapidana. Masa lalu Jumaro boleh dibilang kelabu, karena dia pernah menjalani sebagian dari hidupnya di sebuah lembaga pemasyarakatan di Jawa Tengah, karena didakwa melakukan penganiayaan terhadap teman kencan istrinya. Dia waktu itu didakwa telah memotong tangan lelaki yang telah menjadi teman kencan mantan istri pertamanya itu.

"Sebenarnya bukan saya yang melakukan. Tapi saya merasa utang budi dengan teman dekat saya yang memberi tahu bahwa istri saya punya laki-laki lain. Dialah yang sebenarnya memotong tangan laki-laki itu, bukan saya. Tapi saya akui semua perbuatannya itu sebagai ucapan terima kasih," kenang Jumaro.

Namun, masa lalu yang suram itu tidak menjadikan pria kelahiran Solo, 3 Januari 1972, itu patah semangat. Pemuda tamatan STM Solo jurusan Listrik itu kemudian mulai merintis industri kerajinan tangan dari limbah akar bambu dan pepohonan lainnya.

Dengan menyebut dirinya adalah "limbah" masyarakat, dia merasa lebih pas jika mengelola limbah yang ada di masyarakat. Dia juga sama sekali tidak merasa menyesal pernah mendekam di penjara selama kurang-lebih tiga bulan pada 1994. Pengalamannya selama di penjara itu justru menimbulkan sebuah ide bagi Joko untuk mengembangkan usaha yang bisa menampung dan mempekerjakan mantan narapidana.

"Selama ini kami dianggap sebagai limbah masyarakat. Masyarakat selalu takut jika bertemu dengan kami. Saya ingin membuktikan bahwa kami juga bisa berharga," kata Jumaro.

Setelah dinyatakan bebas dari penjara, Joko memulai usaha nya dengan dibantu oleh ketiga teman serta istri keduanya, Catur Widiyanti. Berbekal modal Rp 500 ribu, dia menyusuri sungai-sungai yang ada di Malang, Jawa Timur. Bersama tiga rekannya, dia berburu sesuatu yang selama ini oleh masyarakat dianggap sebagai limbah. Dengan menggunakan alat sederhana, seperti golok dan pisau, Jumaro menggali tanah dan mengambil akar-akar bambu yang ada di pinggir sungai.

Dengan bakat seninya, dia mulai menggarap limbah itu menjadi sebuah barang kerajinan yang memiliki nilai seni sangat tinggi, seperti kerajinan berbentuk bebek atau lampu hias berbentuk kupu-kupu.

Melihat usahanya mulai berkembang, Jumaro mulai merekrut karyawan yang tidak lain adalah mantan napi dan pengamen jalanan. Dia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa limbah masyarakat itu juga bisa mendatangkan hasil yang berharga. Waktu telah membuktikan bahwa kegigihan dan semangat mantan napi ini telah membuahkan hasil. Limbah itu telah berhasil menghidupi dirinya sekeluarga serta 46 karyawannya. Kini, dia telah mengembangkan lima cabang usaha, masih di Malang.


Sekian update informasi kali ini semua bermanfaat dan dapat menjadi motivasi serta penyemangat para mantan napi di seluruh Indonesia agar terus semangat meraih kesuksesan. Salam
at 3:05 AM

Belum ada komentar untuk "Para Mantan Napi Indonesia yang Sukses 2016"

Post a Comment

Back to Top